Rabu, 16 Maret 2011

by Añgle Ouf Borñeö on Sunday, 22 August 2010 at 05:44__kabut hijau


Menit empat puluh satu lewat dari empat puluh satu jam . .

Lagi2 jemari ini tak tertahankan. .
Lagi2 sebuah kenyataan pahit ditemukan. .
Rapuh. .
Tak dapat kumiliki lagi kekuatan . .
Hancur. .
Kepositifan dalam benaku tak lagi ada. .
Luka. .
Tak berwujud namun pasti adanya. .
Amarah. .
Nyaris tak terbendung,bergejolak dalam dada. .
Aku coba hilangkan semua . .
Dengan kulantunkan ayat2 suci. .
Aku temukan kedamaian bahkan tetesan airmata saat itu. .
Namun ketika ku tak lagi membacax,terxata hati kembali tak tenang. .
Tetesan itu tak dapat kubendung. .

Aku ingin menangis. .
Aku ingin berteriak. .
Aku ingin berlari. .
Aku ingin lepaskan gundah ini. .
Aku ingin hidup tenang. .
Aku ingin hidup damai. .
Aku ingin tertawa. .
Aku ingin tersexum. .
Aku ingin lepaskan rasa rindu ini. .
Aku ingin menghilangkan rasa rindu. .
Aku ingin terbiasa tanpanya seperti ia yg trbiasa tanpa aku. .
Aku ingin memiliki rasa seperti apa yang ia rasakan terhadapku. .
Aku ingin hilangkan bayangan hitam masalaluku. .
Aku ingin semua itu. .
Aku ingin MENGADU. .

Kemana harus kucari? ? ?jawaban hatiku. .
Kemana harus mengadu? ? ?hati yang kecewa. .

Tak kusangka . .
Ia bercengkrama dengan yang lain. .
Tanpa ada sepatah katapun untukku. .
· · Share · Delete

Tidak ada komentar: